Laman

Senin, 07 April 2014

Flu Singapore VS Varicella



“Mbak, ini apa ya? Kalau biang keringat, ga kaya’ gini deh....” Mbak Iin, yang kesehariannya mengasuh dua anakku, memberi laporan seputar kesehatan si sulung, Icam.
‘Ah, sakit apa lagi kamu, Mas...?’ pikirku seraya meletakkan helm yang baru saja kulepas. Masih dengan bermandi peluh, setelah bergulat dalam ganasnya lalu lintas ibukota, kuhampiri Icam yang sedang berbaringan di atas karpet sambil melihat film kartun kesayangannya yang memang tayang setiap sore. Kuperiksa dada dan punggungnya.
Ya. Di sana ada bintik-bintik merah yang bervariasi ukurannya dari yang sebesar bintik-bintik biang keringat pada umumnya, sampai bintik-bintik yang mulai melenting seperti kulit terinfeksi tapi bintiknya berwarna bening tidak putih. Kuperiksa tangan dan kakinya. Icam dua hari belakangan ini memang sedang flu. Sempat demam, tapi tidak terlalu tinggi. Dan bintik-bintik itu belum muncul seharian kemarin.
“Saya taunya badan mas Icam muncul bintik-bintik ini waktu saya mau memandikan dia tadi pagi,” jelas mbak Iin.
Kok tidak mengabari saya?”
“Maaf, Mbak. Saya pikir hanya biang keringat biasa.”
Icam memang sudah langganan sama yang namanya biang keringat. Apalagi kalau sudah memasuki musim kemarau atau rambutnya panjang sedikit saja. Dari kecil, Icam tidak bisa berambut agak panjang sedikit karena biang keringat akan langsung bermunculan di dada dan punggungnya.
Aku mulai was-was.
Cacar?
Flu singapura?
Dua jenis penyakit itu langsung terngiang di benakku. Tapi, aku belum berani memastikan lebih jauh karena minimnya pengetahuan medis yang kuketahui. Kucoba memberi Icam vitamin penambah daya tahan tubuh terlebih dahulu sebagai pencegahan akan memburuknya stamina karena serangan virus. Setahuku, cacar maupun flu disebabkan oleh virus yang menyerang pada orang, baik anak kecil maupun orang dewasa, yang daya tahan tubuhnya sedang menurun.
Flu singapura atau flu singapore. Hhmm, aku tidak begitu paham akan penulisan yang benarnya. Pokoknya, asal sebut saja. Teringat Fara, anak Pak Manshurin tetangga persis sebelah rumah, yang sempat dirawat karena penyakit itu karena ada komplikasi diare. Juga beberapa anak di sekitar komplek rumahku serta tayangan berita di televisi yang mengabarkan bahwa penyakit flu singapura, atau istilah Indonesia-nya Penyakit Kaki Tangan Mulut (PKTM ) sedang mewabah di daerah Jabodetabek, sempat was-was juga, ‘Jangan-jangan Icam tertular penyakit yang sama..’
Ahh, daripada bergulat dengan pertanyaan yang belum jelas, lebih baik lihat besok saja. Hhmm... Kelihatannya belum begitu mendesak untuk diperiksakan.

***********

                “Selamat pagi, Bu Lova.”
            “Selamat pagi, Bu. Kenapa dengan Wisam Ibrahim?” dr. Lova Marissa, Sp.A, dokter-nya Icam kalau berobat, menyambut ramah kedatanganku dan, tentu saja, Icam.
                Akhirnya.... Parkir juga aku di klinik dokter anak pagi hari ini. Setelah semalaman tidak bisa tidur demi menemani Icam yang rewel bukan kepalang dan bintik-bintik di tubuhnya semakin banyak dan membesar.
                “Ma.. Garuk-garuk...!” rengek Icam sambil menjulurkan kedua kakinya padaku. Benar, di telapak kakinya mulai bermunculan bintik-bintik merah yang menurut artikel yang pernah kubaca, kemunculannya disertai rasa gatal hebat yang sangat menyiksa. Apalagi seumuran Icam yang baru tiga tahun.
                “Bukan di situ, Ma... Yang ini....” protes Icam jika garukan tanganku mengenai tempat yang salah.
                Remot ase, Ma... Pakai remot ase...” pintanya lagi. Maksudnya, dia minta telapak kakinya digaruk pakai remote AC. Mungkin lebih berasa enakan dibanding menggunakan tanganku setelah iseng kucoba menggaruk menggunakan ujung remote.
                “Kaki yang kiri, Ma...”
                “Ma, bukan di situ...”
                Gggrrrhhh... Sepanjang malam, Icam benar-benar menguji kesabaranku. Mulut kecilnya terus meracau, mengeluhkan bagian-bagian tubuhnya yang terasa gatal. Padahal kutahu, matanya sudah sangat lelah dan mengantuk. Hampir saja aku mengungkapkan rasa jengkelku karena diprotes terus kalau jemariku ‘mendarat’ di tempat yang salah atau kurang berasa. Tapi, aku tidak boleh terbawa emosi. Harus kumaklumi bagaimana tidak nyamannya tubuh si sulung. Tanganku bergantian antara menggaruk telapak kaki dan mengelus-elus punggungnya yang mulai rata oleh bintik-bintik berair itu, serta menaburkan bedak salisil yang memang selalu tersedia di kotak obat. Jelang dini hari baru Icam bisa tidur. Mungkin karena lelah setelah terus-menerus merengek semalaman dan matanya mengantuk.

***********

                “Ini cacar ya, Ibu. Ada yang terserang cacar di sekitar rumah Ibu?” ujar dr. Lova setelah memeriksa badan Icam dengan seksama.
                “Tapi, di komplek saya lagi musim flu singapura, Dokter”.
                “Saya curiganya anak Ibu terserang flu singapura. Gejalanya memang hampir mirip. Tapi, bintik-bintik di tubuh anak Ibu merata terutama di dada dan punggungnya. Kalau flu singapura, hanya muncul di kaki, tangan, dan mulut. Saya beri obat anti gatalnya ya, Bu. Juga anti virus dan salep yang dioleskan ke bintik-bintik yang nanti menghitam. Untuk bintik-bintik yang masih baru, cukup taburkan bedak salisil saja.”

***********
 
Sumber gambar: internet
                Terjawab sudah, apa penyakit yang diderita si sulung. Lega walau rasa curiga -bahwa Icam sebenarnya terserang virus flu singapura- masih terpendam di hati, demi mengingat bahwa jenis penyakit yang sedang mewabah di komplek perumahanku dan sekitarnya adalah flu singapura. Dan bisa saja dokter salah diagnosis saking miripnya penampakan antara flu singapura dan cacar. Hahaha.. Parno sendiri jadinya. Mungkin ini efek dari membaca berita tentang dokter-dokter yang sering salah diagnosis.
                Ada-ada saja ya nama penyakit flu zaman sekarang. Flu hongkong-lah, flu singapura-lah, flu jerman-lah. Belum lagi nama flu yang diambil dari nama-nama hewan : flu burung, flu babi. Entah apalagi nama flu yang akan datang. Mungkin flu irian, karena awalnya berasal dari penyakit lokal. Ah.... Ada-ada saja. Padahal zaman orang tua kita dulu, penyakit itu hanya seputaran flu biasa. Apakah teknologi semakin canggih dan pola hidup lebih maju berbanding lurus dengan jenis-jenis penyakit yang semakin canggih dan beragam juga? Bisa jadi.
                Menurut petunjuk dari ‘Om Wiki’ dan membandingkan dengan hasil observasi sendiri terhadap Fara dan Icam, flu singapura disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam Genus Enterovirus. Yang diserang, umumnya anak-anak balita (kadang ada yang  sampai umur 10 tahun, seperti kasus yang terjadi di Depok). Gejalanya diawali dengan demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti sakit leher (pharingitis), pilek, ruam di bagian mulut, tangan dan kaki. Gejala seperti flu pada umumnya. Kemudian timbul bintik-bintik merah (vesikel) di kaki, tangan, dan sekitar mulut yang kemudian pecah dan akan menghitam, seperti cacar, tapi tidak menimbulkan rasa gatal di telapak tangan dan kaki. Nafsu makan anak berkurang, bahkan tidak mau makan karena di mulut ada semacam sariawan yang sangat nyeri apalagi saat menelan makanan. Anak bisa sampai menangis walaupun hanya menelan air. Bila ada muntah, diare atau dehidrasi dan lemah atau komplikasi lain maka penderita tersebut harus dirawat. Gejala-gejala tersebut hampir semua terjadi pada Fara. Hhmm.. Berarti diagnosis dokternya benar sesuai dengan gejala yang diderita.
                Untuk cacar, masih menurut petunjuk ‘Om Wiki’, penyakit ini disebabkan oleh (lagi-lagi) makhluk hidup yang berjenis virus, tapi masuk kelas DNA, namanya virus Varicella-zoster. Gejala awal, penderita merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah, gejala khas untuk infeksi virus. Masa inkubasi sampai terkena penyakit bisa 2 sampai 3 pekan. Pada kasus yang berat, cacar bisa diiringi nyeri sendi, sakit kepala, dan pusing. Wah, berarti cacar yang diderita Icam termasuk kasus berat donk, karena pada awal-awal sakit, Icam sering mengeluh, ‘Ma... Icam pusing banget,’ sambil memegang kepalanya. Hehehe..
                Setelah beberapa hari kemudian, muncul bintik-bintik kemerahan seperti biang keringat pada anak-anak kecil umumnya, yang ditemukan pertama kali di dada atau perut dan punggung untuk kemudian merata sampai ke kaki, tangan, dan wajah. Untuk bintik yang muncul di telapak tangan dan kaki akan menimbulkan rasa gatal yang hebat. Pantas kalau Icam tidak bisa tidur semalaman. Bintik kemerahan itu akan berubah menjadi lenting berisi cairan dan berdinding tipis. Seperti kalau kulit kita terinfeksi yang kemudian muncul lenting bernanah (umumnya berwarna putih kehijauan) karena banyak sel darah putih yang berperan sebagai bodyguard tubuh manusia banyak yang ‘gugur’ oleh serangan mikroorganisme. (Kok jadi melenceng ke topik lain ya?) Maksudku, untuk menunjukkan perbedaan lenting bernanah dengan lenting cacar. Kalau cacar, lentingnya cenderung bening. Kalau pernah tahu luka bakar yang melepuh, ya seperti itulah kira-kira bentuknya. Lenting itu jika dibiarkan, lama kelamaan akan membentuk keropeng berwarna hitam yang jika sudah kering akan mengelupas dengan sendirinya seperti bekas luka yang mengering dan berbekas. Sebisa mungkin lenting itu tidak pecah oleh garukan kuku karena akan menyebabkan proses pengeringan keropeng menjadi lama. Jika orang dewasa yang diserang, bekas cacar akan lebih sulit menghilang.
                Begitu kira-kira penjelasan yang kuperoleh setelah mampir di ‘rumah Om Wiki’. Persamaan dari cacar dan flu singapura adalah penyebarannya secara aerogen, yakni lewat perantara udara. Jika sudah mewabah, kontak langsung maupun bersentuhan dengan benda-benda si penderita atau menggunakannya secara berbarengan dapat menjadi media penularannya. Kalau tidak mengalami sendiri, aku tidak akan pusing-pusing ber-browsing ria mencari petunjuk dan penjelasan atas jenis penyakit yang sedang dihadapi.
                “Icam punya adik? Karena sifat cacar ini sangat menular, nanti dipisah dulu tidurnya ya, Bu! Jangan menggunakan handuk bersamaan! Pada saat mulai berubah menjadi keropeng, saat itulah masa-masa rentan penularannya. Kalau masih berbentuk lenting berair, selama tidak pecah, itu belum menular”.
                Masa-masa rentan penularan cacar terjadi pada saat bintik-bintik cacar mulai mengering dan membentuk keropeng. Wah, Dek Ganis harus dipisah dulu donk tidurnya!
                Pada intinya, penyakit flu maupun cacar, istilah medisnya Varicella, itu menyerang di saat daya tahan tubuh sedang menurun. Penting untuk waspada ketika di lingkungan sekitar rumah ada penderita penyakit tersebut. Kita bisa melakukan pencegahan dengan menjaga stamina tubuh, bisa dengan cara olahraga rutin, mengkonsumsi makanan yang bergizi, boleh ditambah dengan suplemen penambah daya tahan tubuh, dan yang terpenting menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan di dalam rumah dan sekitarnya. Sebab media penyebaran virus bisa melalui udara, debu, kotoran, sampah, maupun kontak langsung dengan penderita.
 Ahh... Aku menulis seperti seolah-olah aku ini ahli kesehatan. Padahal apa yang kutulis dan kuketahui ya dari membaca artikel-artikel kesehatan, baik melalui buku maupun browsing di internet. Lebih banyak browsing sih, karena diriku bukan tipikal orang yang senang mengoleksi buku-buku kesehatan. Aku yakin, para dumalanizer lebih mengerti soal menjaga dan meningkatkan stamina dan kesehatan tubuh.

***********

                “Lho, kenapa Dino gendongan sama Bunda?” tanyaku saat akan berangkat kerja demi melihat Mbak Keke, tetangga ujung rumah, pagi-pagi sudah menggendong anaknya yang terlihat rewel.
                “Duh, San... Sepertinya, ‘orang Singapur’-nya lagi berkunjung ke rumahku nih. Dari semalam, Dino rewel terus. Air ludahnya keluar melulu karena Dino sepertinya tidak mau menelan apapun. Mulutnya banyak sariawannya. Sakit kali ya, buat menelan,” keluh Mbak Keke.
                Hhhmm... Satu korban jatuh lagi.

                ***********

Seperti biasa, sambil sarapan sebelum memulai aktifitas di kantor, kusempatkan membaca status teman-teman di Facebook, salah satu situs jejaring sosial terbesar yang ada di dunia. Sekilas terbaca olehku, status Bu Monik, tetangga depan rumah.
                ‘Ijin tiga hari di rumah ternyata cukup menjemukan.’
                ‘Kenapa tidak masuk kantor, Bu?’
                ‘Si kakak sakit.’
                ‘Flu singapura juga?’
                ‘Bukan, Tante. Varicella niy. Doakan Kakak cepat sembuh ya...’
                Walah, ternyata si varicella sudah ‘mampir’ ke rumah tetangga. Aku jadi berusaha keras mengingat-ingat, apakah waktu kecil sudah pernah terkena cacar atau belum? Tapi, jawabannya nihil. Aku tidak pernah bisa menemukan jawabannya. Hatiku menjadi tidak tenang. Sebab, secara medis, kalau belum pernah terkena cacar waktu masih anak-anak, risiko tertular pada saat dewasa sangat mungkin terjadi. Aku hanya bisa berusaha melakukan pencegahan saja dan berdoa, mudah-mudahan diriku selalu dalam kondisi prima dalam situasi yang seperti ini.

***********

                Hari ini tepat seminggu sejak mengantar Icam berobat.
                “Masya Alloh... Pa, coba lihat! Dek Gendis badannya banyak bintik-bintik seperti biang keringat. Ini ada satu yang sudah melenting. Jangan-jangan......”
                Ahhh.... Perseteruan ini sepertinya belum akan berakhir.


#####
Penjelasan mengenai detail penyakit flu singapura dan cacar saya kutip dari Wikipedia.


_mindahin tulisan ke arsip blog..._
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: