Laman

Jumat, 18 April 2014

Sayur Pelangi Ceria

Taraaaaaa... Sayur warna-warni..
. ^_^
Pagi ini jadinya masak sayur pake resep mb Nur Aida... Tapi, aku modif sedikit ya, Mba... Udangnya ga dapet.....
Gampang banget cara ngolahnya... Dan ga pake lama.. ^_^
Bahan-bahan:
2 bonggol brokoli, petik kuntumnya
1 bonggol jagung muda, sisir
1/3 kotak tahu cina, potong kecil-kecil
Fillet ayam sedikit aja (nemunya ayam yg udah diungkep, jadinya nyuwirin dagingnya dari situ..
2 buah bakso, iris tipis
Kaldu ayam (ga pake juga gapapa, yg ini aku aja kelupaan, padahal punya stok kaldu di freezer
1 sdt kecap ikan
1 sdm kecap asin
1/2 sdt lada hitam
garam secukupnya (udah pakai kecap asin masih pakai garam :D)
Bumbu tumis:
1/2 bawang bombay, iris melintang
2 siung bawang putih, cincang kasar
1 buah cabe merah besar, buang bijinya dan iris dadu
Cara membuatnya:
1. Panaskan blueband untuk menumis (pakai minyak goreng juga boleh), tumis bumbu yg sudah dipersiapkan sampai harum.
2. Masukkan tahu, bakso, ayam suwir, tumis sebentar biar tahu tidak hancur.
3. Masukkan garam, kecap ikan, kecap asin, lada hitam dan garam. Lanjut masukkan brokoli dan jagungnya. Aduk-aduk sebentar kira-kira jagung berubah kuning terang merata. Karena kalau kelamaan, brokoli jadi terlalu layu. Karakter brokoli kan untuk dimasak setengah matang. Biar terasa krenyes-krenyesnya waktu dikunyah.
4. Tambahkan air secukupnya kira-kira kuahnya cemek-cemek saja. Stelah mendidih, angkat. Jangan lupa dicicipi rasanya sebelum dituang ke mangkok sayur. Yang suka pakai gula, boleh ditambahkan.
Mudah dan cepat kan...
Kalau mau tambah berwarna, bisa disertakan udang. Karena resep aslinya pakai udang ya, Mba Nur..
Jadi komplit deh : merah, jingga, kuning, hijau di langit yang putih...
Lauknya telur asin dan peyek ikan asin bulu ayam..
Ahaha... ^_^
Ps: brokoli-ku kelamaan di atas penggorengan, jadi agak layu..

Rabu, 16 April 2014

Berapa Nilai dari Anak Kita?

Hari ini dapat kiriman artikel di grup whatsapp...
Karena isinya bagus dan bisa buat introspeksi diri sendiri, so, artikel itu kusalin di notes FB dan di blog, biar ga hilang.. Kalau di WA kan bisa kehapus...


Buat yang punya artikel ini, entah siapapun orangnya, aku ijin simpan di notes FB/blog yach.... Buat dibaca lagi sewaktu-waktu...

Benar, anak adalah investasi kita di hadapan Alloh... Manakala tak ada lagi ruh di dalam raga, jariyah dari anak akan terus mengalir sepanjang hayat sang anak seandainya kita selaku orang tua, berhasil mendidiknya menjadi anak yang sholih.. Jariyah dari doa anak yang sholih dan ilmu yang kita ajarkan kepada anak-anak kita lalu diamalkan oleh mereka...

Nilai anak sangatlah TAK  BISA DIHITUNG.....
Saya lebih suka menggunakan kata-kata TAK BISA DIHITUNG NILAINYA.. Karena memang tidak bisa dihitung... Tidak ada standar baku untuk menghitungnya.....

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Berapa harga anak kita?

Bingung pasti...

Karena nilai anak tak bisa diukur dengan materi, tak ternilai! 


Tapi benarkah anak itu tak ternilai?


Kadang-kadang atau mungkin seringkali anak bernilai sangat rendah di mata orangtua. 


Kadang dia lebih rendah nilainya dari sebuah mangkok atau piring. Yang jika pecah, suara kemudian meninggi memecahkan hati sang anak. Atau lebih rendah dari semangkok sayur yang tertumpah, karena tangan kecilnya berusaha membantu ibu di dapur.


Mata yg melotot terasa lebih pantas walaupun harus menumpahkan air mata sang anak.

Atau lebih rendah dari sebuah mobil baru yg jika tergores, maka goresannya dianggap lebih berbahaya ketimbang goresan luka di hati sang anak


Kadang anak juga lebih rendah nilainya dibanding facebook atau pertandingan bola, sehingga lebih banyak waktu dan keseriusan yang dihabiskan untuk facebook dan nonton bola ketimbang mendengarkan cerita anaknya di sekolah.


Kadang anak lebih rendah nilainya dari handphone. "gak boleh, nanti rusak!" kekhawatiran HP rusak lebih besar dibanding kekhawatiran rusaknya perasaan sang anak. 


Kadang dia lebih rendah dari sebuah gadget. Ketika gadget jatuh tanpa sengaja, maka rasa marah kemudian memecahkan perasaan anak, merendahkan nilai anak... Gadget lebih berharga saat itu.


Berapa nilai anak bagi kita? Adalah sejauh keikhlasan kita menahan diri hingga tidak merusak hatinya. Adalah sejauh kemampuan kita menempatkan harga dirinya jauh di atas benda-benda mati yg kita miliki. 


Benda itu tidak akan menolong kita di yaumil akhir. Sementara anak, adalah investasi kita dihadapan Allah. Dia yang akan memperpanjang usia historis kita dengan doa dan amal sholih yang kita ajarkan dan dia melakukannya..

Ya Allah... Jika ada keburukan akhlak kami ketika membesarkannya, hilangkanlah dari ingatan anak-anak kami, hilangkan jejak-jejak keburukan dari tangan, mata, atau mulut kami.

Kami hanya penitipan, sesungguhnya Engkau akan mengambil titipan-Mu, dan kami ingin Engkau puas dengan titipan itu. Hingga kami berhak atas rahmat-Mu di yaumil akhir.

Selasa, 08 April 2014

Kepulauan Meranti

Kabupaten Kepulauan Meranti itu ternyata pemekaran dari Kabupaten Bengkalis, yang dibentuk tanggal 19 Desember 2008..

Terwujudnya pemekaran itu sendiri sudah diperjuangkan oleh masyarakat Meranti sejak tahun 1957... Wuihhhh.... Benar-benar perjuangan yang panjang ya.... (Umur Abahku saja baru 3 tahun saat itu... ;))
Kabupaten Meranti sendiri diambil dari gabungan Pulau Merbau, Pulau Ransang, dan Pulau Tebingtinggi.. Beribukota di Selatpanjang..

Punya lambang wilayah juga lhooo... Ini lambangnya ku googling dari internet..
Ada tulisan Arab yang berbunyi 'Kepulauan Meranti'..

Lambang wilayah Kepulauan Meranti
 

Adanya di mana?

Di Riau... ^_^

Riau beda ya sama Kepulauan Riau...
Ternyata udah dua provinsi yang berbeda...
Dulu belajar geografi, jumlah provinsi di Indonesia belum sebanyak sekarang....

Kok jadi bahas sejarah pemekaran wilayah administrasi pemerintahan Indonesia, sih...?

Ini bermula dari saat hendak ndaftarin prospek yang ada di Merbau, sebuah kecamatan di Kepulauan Meranti....
Nah, kalau di sistem pendaftaran online-nya Oriflame itu, pas input alamat prospek, database-nya udah kumplitt...
Input nama provinsi, langsung muncul deretan nama kab./kota-nya...
Input nama kab./kota-nya, langsung muncul deretan nama kecamatannya..
Hanya nama kelurahan dan alamat detail yg kita input manual...

Dan ternyata......

Di database Oriflame, belum ada nama Kabupaten Kepulauan Meranti... Selalu masuknya, Merbau itu masih masuk ke Bengkalis ..
(Semoga tim dbase Oriflame bisa segera melengkapi data-data tentang pemekaran wilayah ini dan wilayah lainnya juga sampai ke pemekaran wilayah kecamatan..)

Itu awalnya, saya cuma kenal sama prospek lewat facebook.. Ga pernah ketemu langsung... Seumur-umur belom pernah sampai Riau.. :D

Hebatnya facebook ya....
Bisa menjangkau teman sampai ke wilayah yang jauuuuuh....
Ga masalah soal jarak yang ratusan bahkan ribuan kilo... Asal ada koneksi internet, kita bisa ketemu teman dari mana saja..

Tau ga?
Jumlah pengguna aktif facebook di Indonesia, data terakhir Januari 2014, ada sekitar 65juta orang....
Dan pengguna internet di Indonesia akan tembus sampai 100juta orang...

Rasanya....
Kita bisa kok, BISA BINGITSS, membangun bisnis bersama teman-teman dari berbagai daerah....
Tentunya yang memang mau betul-betul se-visi se-misi, konsisten memperjuangkan mimpi-mimpinya yang tidak hanya ingin diendapkan dalam angan-angan sahaja...

Doaku, "Ya Alloh, pertemukan hamba dengan pejuang impian yang tangguh, Core team yang handal, untuk bisa sama-sama memperjuangkan IMPIAN-nya untuk orang-orang terkasihnya..."

Semangat Pagi...
Go Manager.... Insya Alloh BISA...!!
Ganbatte Kudasai......


Senin, 07 April 2014

Flu Singapore VS Varicella



“Mbak, ini apa ya? Kalau biang keringat, ga kaya’ gini deh....” Mbak Iin, yang kesehariannya mengasuh dua anakku, memberi laporan seputar kesehatan si sulung, Icam.
‘Ah, sakit apa lagi kamu, Mas...?’ pikirku seraya meletakkan helm yang baru saja kulepas. Masih dengan bermandi peluh, setelah bergulat dalam ganasnya lalu lintas ibukota, kuhampiri Icam yang sedang berbaringan di atas karpet sambil melihat film kartun kesayangannya yang memang tayang setiap sore. Kuperiksa dada dan punggungnya.
Ya. Di sana ada bintik-bintik merah yang bervariasi ukurannya dari yang sebesar bintik-bintik biang keringat pada umumnya, sampai bintik-bintik yang mulai melenting seperti kulit terinfeksi tapi bintiknya berwarna bening tidak putih. Kuperiksa tangan dan kakinya. Icam dua hari belakangan ini memang sedang flu. Sempat demam, tapi tidak terlalu tinggi. Dan bintik-bintik itu belum muncul seharian kemarin.
“Saya taunya badan mas Icam muncul bintik-bintik ini waktu saya mau memandikan dia tadi pagi,” jelas mbak Iin.
Kok tidak mengabari saya?”
“Maaf, Mbak. Saya pikir hanya biang keringat biasa.”
Icam memang sudah langganan sama yang namanya biang keringat. Apalagi kalau sudah memasuki musim kemarau atau rambutnya panjang sedikit saja. Dari kecil, Icam tidak bisa berambut agak panjang sedikit karena biang keringat akan langsung bermunculan di dada dan punggungnya.
Aku mulai was-was.
Cacar?
Flu singapura?
Dua jenis penyakit itu langsung terngiang di benakku. Tapi, aku belum berani memastikan lebih jauh karena minimnya pengetahuan medis yang kuketahui. Kucoba memberi Icam vitamin penambah daya tahan tubuh terlebih dahulu sebagai pencegahan akan memburuknya stamina karena serangan virus. Setahuku, cacar maupun flu disebabkan oleh virus yang menyerang pada orang, baik anak kecil maupun orang dewasa, yang daya tahan tubuhnya sedang menurun.
Flu singapura atau flu singapore. Hhmm, aku tidak begitu paham akan penulisan yang benarnya. Pokoknya, asal sebut saja. Teringat Fara, anak Pak Manshurin tetangga persis sebelah rumah, yang sempat dirawat karena penyakit itu karena ada komplikasi diare. Juga beberapa anak di sekitar komplek rumahku serta tayangan berita di televisi yang mengabarkan bahwa penyakit flu singapura, atau istilah Indonesia-nya Penyakit Kaki Tangan Mulut (PKTM ) sedang mewabah di daerah Jabodetabek, sempat was-was juga, ‘Jangan-jangan Icam tertular penyakit yang sama..’
Ahh, daripada bergulat dengan pertanyaan yang belum jelas, lebih baik lihat besok saja. Hhmm... Kelihatannya belum begitu mendesak untuk diperiksakan.

***********

                “Selamat pagi, Bu Lova.”
            “Selamat pagi, Bu. Kenapa dengan Wisam Ibrahim?” dr. Lova Marissa, Sp.A, dokter-nya Icam kalau berobat, menyambut ramah kedatanganku dan, tentu saja, Icam.
                Akhirnya.... Parkir juga aku di klinik dokter anak pagi hari ini. Setelah semalaman tidak bisa tidur demi menemani Icam yang rewel bukan kepalang dan bintik-bintik di tubuhnya semakin banyak dan membesar.
                “Ma.. Garuk-garuk...!” rengek Icam sambil menjulurkan kedua kakinya padaku. Benar, di telapak kakinya mulai bermunculan bintik-bintik merah yang menurut artikel yang pernah kubaca, kemunculannya disertai rasa gatal hebat yang sangat menyiksa. Apalagi seumuran Icam yang baru tiga tahun.
                “Bukan di situ, Ma... Yang ini....” protes Icam jika garukan tanganku mengenai tempat yang salah.
                Remot ase, Ma... Pakai remot ase...” pintanya lagi. Maksudnya, dia minta telapak kakinya digaruk pakai remote AC. Mungkin lebih berasa enakan dibanding menggunakan tanganku setelah iseng kucoba menggaruk menggunakan ujung remote.
                “Kaki yang kiri, Ma...”
                “Ma, bukan di situ...”
                Gggrrrhhh... Sepanjang malam, Icam benar-benar menguji kesabaranku. Mulut kecilnya terus meracau, mengeluhkan bagian-bagian tubuhnya yang terasa gatal. Padahal kutahu, matanya sudah sangat lelah dan mengantuk. Hampir saja aku mengungkapkan rasa jengkelku karena diprotes terus kalau jemariku ‘mendarat’ di tempat yang salah atau kurang berasa. Tapi, aku tidak boleh terbawa emosi. Harus kumaklumi bagaimana tidak nyamannya tubuh si sulung. Tanganku bergantian antara menggaruk telapak kaki dan mengelus-elus punggungnya yang mulai rata oleh bintik-bintik berair itu, serta menaburkan bedak salisil yang memang selalu tersedia di kotak obat. Jelang dini hari baru Icam bisa tidur. Mungkin karena lelah setelah terus-menerus merengek semalaman dan matanya mengantuk.

***********

                “Ini cacar ya, Ibu. Ada yang terserang cacar di sekitar rumah Ibu?” ujar dr. Lova setelah memeriksa badan Icam dengan seksama.
                “Tapi, di komplek saya lagi musim flu singapura, Dokter”.
                “Saya curiganya anak Ibu terserang flu singapura. Gejalanya memang hampir mirip. Tapi, bintik-bintik di tubuh anak Ibu merata terutama di dada dan punggungnya. Kalau flu singapura, hanya muncul di kaki, tangan, dan mulut. Saya beri obat anti gatalnya ya, Bu. Juga anti virus dan salep yang dioleskan ke bintik-bintik yang nanti menghitam. Untuk bintik-bintik yang masih baru, cukup taburkan bedak salisil saja.”

***********
 
Sumber gambar: internet
                Terjawab sudah, apa penyakit yang diderita si sulung. Lega walau rasa curiga -bahwa Icam sebenarnya terserang virus flu singapura- masih terpendam di hati, demi mengingat bahwa jenis penyakit yang sedang mewabah di komplek perumahanku dan sekitarnya adalah flu singapura. Dan bisa saja dokter salah diagnosis saking miripnya penampakan antara flu singapura dan cacar. Hahaha.. Parno sendiri jadinya. Mungkin ini efek dari membaca berita tentang dokter-dokter yang sering salah diagnosis.
                Ada-ada saja ya nama penyakit flu zaman sekarang. Flu hongkong-lah, flu singapura-lah, flu jerman-lah. Belum lagi nama flu yang diambil dari nama-nama hewan : flu burung, flu babi. Entah apalagi nama flu yang akan datang. Mungkin flu irian, karena awalnya berasal dari penyakit lokal. Ah.... Ada-ada saja. Padahal zaman orang tua kita dulu, penyakit itu hanya seputaran flu biasa. Apakah teknologi semakin canggih dan pola hidup lebih maju berbanding lurus dengan jenis-jenis penyakit yang semakin canggih dan beragam juga? Bisa jadi.
                Menurut petunjuk dari ‘Om Wiki’ dan membandingkan dengan hasil observasi sendiri terhadap Fara dan Icam, flu singapura disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam Genus Enterovirus. Yang diserang, umumnya anak-anak balita (kadang ada yang  sampai umur 10 tahun, seperti kasus yang terjadi di Depok). Gejalanya diawali dengan demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti sakit leher (pharingitis), pilek, ruam di bagian mulut, tangan dan kaki. Gejala seperti flu pada umumnya. Kemudian timbul bintik-bintik merah (vesikel) di kaki, tangan, dan sekitar mulut yang kemudian pecah dan akan menghitam, seperti cacar, tapi tidak menimbulkan rasa gatal di telapak tangan dan kaki. Nafsu makan anak berkurang, bahkan tidak mau makan karena di mulut ada semacam sariawan yang sangat nyeri apalagi saat menelan makanan. Anak bisa sampai menangis walaupun hanya menelan air. Bila ada muntah, diare atau dehidrasi dan lemah atau komplikasi lain maka penderita tersebut harus dirawat. Gejala-gejala tersebut hampir semua terjadi pada Fara. Hhmm.. Berarti diagnosis dokternya benar sesuai dengan gejala yang diderita.
                Untuk cacar, masih menurut petunjuk ‘Om Wiki’, penyakit ini disebabkan oleh (lagi-lagi) makhluk hidup yang berjenis virus, tapi masuk kelas DNA, namanya virus Varicella-zoster. Gejala awal, penderita merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah, gejala khas untuk infeksi virus. Masa inkubasi sampai terkena penyakit bisa 2 sampai 3 pekan. Pada kasus yang berat, cacar bisa diiringi nyeri sendi, sakit kepala, dan pusing. Wah, berarti cacar yang diderita Icam termasuk kasus berat donk, karena pada awal-awal sakit, Icam sering mengeluh, ‘Ma... Icam pusing banget,’ sambil memegang kepalanya. Hehehe..
                Setelah beberapa hari kemudian, muncul bintik-bintik kemerahan seperti biang keringat pada anak-anak kecil umumnya, yang ditemukan pertama kali di dada atau perut dan punggung untuk kemudian merata sampai ke kaki, tangan, dan wajah. Untuk bintik yang muncul di telapak tangan dan kaki akan menimbulkan rasa gatal yang hebat. Pantas kalau Icam tidak bisa tidur semalaman. Bintik kemerahan itu akan berubah menjadi lenting berisi cairan dan berdinding tipis. Seperti kalau kulit kita terinfeksi yang kemudian muncul lenting bernanah (umumnya berwarna putih kehijauan) karena banyak sel darah putih yang berperan sebagai bodyguard tubuh manusia banyak yang ‘gugur’ oleh serangan mikroorganisme. (Kok jadi melenceng ke topik lain ya?) Maksudku, untuk menunjukkan perbedaan lenting bernanah dengan lenting cacar. Kalau cacar, lentingnya cenderung bening. Kalau pernah tahu luka bakar yang melepuh, ya seperti itulah kira-kira bentuknya. Lenting itu jika dibiarkan, lama kelamaan akan membentuk keropeng berwarna hitam yang jika sudah kering akan mengelupas dengan sendirinya seperti bekas luka yang mengering dan berbekas. Sebisa mungkin lenting itu tidak pecah oleh garukan kuku karena akan menyebabkan proses pengeringan keropeng menjadi lama. Jika orang dewasa yang diserang, bekas cacar akan lebih sulit menghilang.
                Begitu kira-kira penjelasan yang kuperoleh setelah mampir di ‘rumah Om Wiki’. Persamaan dari cacar dan flu singapura adalah penyebarannya secara aerogen, yakni lewat perantara udara. Jika sudah mewabah, kontak langsung maupun bersentuhan dengan benda-benda si penderita atau menggunakannya secara berbarengan dapat menjadi media penularannya. Kalau tidak mengalami sendiri, aku tidak akan pusing-pusing ber-browsing ria mencari petunjuk dan penjelasan atas jenis penyakit yang sedang dihadapi.
                “Icam punya adik? Karena sifat cacar ini sangat menular, nanti dipisah dulu tidurnya ya, Bu! Jangan menggunakan handuk bersamaan! Pada saat mulai berubah menjadi keropeng, saat itulah masa-masa rentan penularannya. Kalau masih berbentuk lenting berair, selama tidak pecah, itu belum menular”.
                Masa-masa rentan penularan cacar terjadi pada saat bintik-bintik cacar mulai mengering dan membentuk keropeng. Wah, Dek Ganis harus dipisah dulu donk tidurnya!
                Pada intinya, penyakit flu maupun cacar, istilah medisnya Varicella, itu menyerang di saat daya tahan tubuh sedang menurun. Penting untuk waspada ketika di lingkungan sekitar rumah ada penderita penyakit tersebut. Kita bisa melakukan pencegahan dengan menjaga stamina tubuh, bisa dengan cara olahraga rutin, mengkonsumsi makanan yang bergizi, boleh ditambah dengan suplemen penambah daya tahan tubuh, dan yang terpenting menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan di dalam rumah dan sekitarnya. Sebab media penyebaran virus bisa melalui udara, debu, kotoran, sampah, maupun kontak langsung dengan penderita.
 Ahh... Aku menulis seperti seolah-olah aku ini ahli kesehatan. Padahal apa yang kutulis dan kuketahui ya dari membaca artikel-artikel kesehatan, baik melalui buku maupun browsing di internet. Lebih banyak browsing sih, karena diriku bukan tipikal orang yang senang mengoleksi buku-buku kesehatan. Aku yakin, para dumalanizer lebih mengerti soal menjaga dan meningkatkan stamina dan kesehatan tubuh.

***********

                “Lho, kenapa Dino gendongan sama Bunda?” tanyaku saat akan berangkat kerja demi melihat Mbak Keke, tetangga ujung rumah, pagi-pagi sudah menggendong anaknya yang terlihat rewel.
                “Duh, San... Sepertinya, ‘orang Singapur’-nya lagi berkunjung ke rumahku nih. Dari semalam, Dino rewel terus. Air ludahnya keluar melulu karena Dino sepertinya tidak mau menelan apapun. Mulutnya banyak sariawannya. Sakit kali ya, buat menelan,” keluh Mbak Keke.
                Hhhmm... Satu korban jatuh lagi.

                ***********

Seperti biasa, sambil sarapan sebelum memulai aktifitas di kantor, kusempatkan membaca status teman-teman di Facebook, salah satu situs jejaring sosial terbesar yang ada di dunia. Sekilas terbaca olehku, status Bu Monik, tetangga depan rumah.
                ‘Ijin tiga hari di rumah ternyata cukup menjemukan.’
                ‘Kenapa tidak masuk kantor, Bu?’
                ‘Si kakak sakit.’
                ‘Flu singapura juga?’
                ‘Bukan, Tante. Varicella niy. Doakan Kakak cepat sembuh ya...’
                Walah, ternyata si varicella sudah ‘mampir’ ke rumah tetangga. Aku jadi berusaha keras mengingat-ingat, apakah waktu kecil sudah pernah terkena cacar atau belum? Tapi, jawabannya nihil. Aku tidak pernah bisa menemukan jawabannya. Hatiku menjadi tidak tenang. Sebab, secara medis, kalau belum pernah terkena cacar waktu masih anak-anak, risiko tertular pada saat dewasa sangat mungkin terjadi. Aku hanya bisa berusaha melakukan pencegahan saja dan berdoa, mudah-mudahan diriku selalu dalam kondisi prima dalam situasi yang seperti ini.

***********

                Hari ini tepat seminggu sejak mengantar Icam berobat.
                “Masya Alloh... Pa, coba lihat! Dek Gendis badannya banyak bintik-bintik seperti biang keringat. Ini ada satu yang sudah melenting. Jangan-jangan......”
                Ahhh.... Perseteruan ini sepertinya belum akan berakhir.


#####
Penjelasan mengenai detail penyakit flu singapura dan cacar saya kutip dari Wikipedia.


_mindahin tulisan ke arsip blog..._

Rabu, 02 April 2014

Malang yang Tak Dapat Ditolak

Sepertinya sudah jadi pemandangan yang lumrah setiap paginya. Setiap saya berangkat kerja, pasti menjumpai sisa-sisa jasad yang sudah terlepas ruhnya dengan kondisi yang sangat mengenaskan.. Minimal ketemu sama 5 jasad, itu sudah pasti.. Itu jumlah paling sedikit dalam satu kali perjalanan saya..

Dan saya yakin, setiap pagi pasti ada puluhan nyawa meregang sia-sia, di berbagai lokasi termasuk yang tidak saya lewati. Mirisnya lagi, jasad itu tidak ada yang mempedulikan. Dia akan hancur dan terbang bersama debu, yang penyebarannya terbantu oleh perputaran si bundar hitam. 

Sehari, dua hari, tiga hari. Lama-lama sisa jasad itu akan hilang dengan sendirinya. Tak perlu repot menggali makam untuk menguburkannya. Dia sudah terkubur bersama udara.

Ah, saya jadi terpikirkan pada keluarga yang ditinggalkan..

'Apakah mereka akan sedih ditinggalkan kalian..?'
'Bagaimana nasib anak-anak mereka yang masih kecil..?'

Apakah persediaan makanan sudah sedemikian menipisnya, sehingga mereka harus mengembara sampai tempat yang jauh, menyeberangi jalanan yang kejam tanpa belas kasihan, menerabas gelap tanpa penerangan. Yang pada akhirnya, mereka tak pernah kembali ke rumah.

Rasanya, tengok kanan-kiri sebelum menyeberang itu memang perlu dilakukan. Tapi, apakah para tikus got itu akan melakukan hal yang sama demi keselamatan nyawanya..? 

Ah, selamat jalan, Kawan.. Hidupmu sudah tenang di sana..

(Haruskah saya sebut 'kawan'? Sementara kerabatnya yang berdomisili di sekitar rumah saya sering sekali mencuri makanan dan TIDAK DIHABISKAN!!! Itu mubadzir atuh...! Kalau mau mengambil makanan, sekalian dihabiskan... Jangan hanya digigit-gigit pinggirnya terus ditinggal pergi..! Saya akan lebih ikhlas itu....)





Kalau tikusnya selucu ini, mungkin saya akan sangat bisa bersahabat yach.. Tapi, di alam nyata, tikusnya tidak selucu itu. Lebih menyebalkan, jorok, dan ga punya sopan santun.. Hihihi...

Sudah ahh... Lama-lama tulisannya kok keluar dari judul..

Yah, itu saja dulu coret-coretan saya untuk pagi ini..

Finished at 10.45 a.m.
From floor 21th..