“Mbak, ini apa ya?
Kalau biang keringat, ga kaya’ gini deh....”
Mbak Iin, yang kesehariannya mengasuh dua anakku, memberi laporan seputar
kesehatan si sulung, Icam.
‘Ah, sakit apa lagi kamu, Mas...?’ pikirku seraya meletakkan helm yang baru saja kulepas. Masih dengan
bermandi peluh, setelah bergulat dalam ganasnya lalu lintas ibukota, kuhampiri
Icam yang sedang berbaringan di atas karpet sambil melihat film kartun
kesayangannya yang memang tayang setiap sore. Kuperiksa dada dan punggungnya.
Ya.
Di sana ada bintik-bintik merah yang bervariasi ukurannya dari yang sebesar
bintik-bintik biang keringat pada umumnya, sampai bintik-bintik yang mulai
melenting seperti kulit terinfeksi tapi bintiknya berwarna bening tidak putih.
Kuperiksa tangan dan kakinya. Icam dua hari belakangan ini memang sedang flu.
Sempat demam, tapi tidak terlalu tinggi. Dan bintik-bintik itu belum muncul
seharian kemarin.
“Saya
taunya badan mas Icam muncul bintik-bintik ini waktu saya mau memandikan dia
tadi pagi,” jelas mbak Iin.
“Kok tidak mengabari saya?”
“Maaf,
Mbak. Saya pikir hanya biang keringat biasa.”
Icam
memang sudah langganan sama yang namanya biang keringat. Apalagi kalau sudah
memasuki musim kemarau atau rambutnya panjang sedikit saja. Dari kecil, Icam
tidak bisa berambut agak panjang sedikit karena biang keringat akan langsung
bermunculan di dada dan punggungnya.
Aku
mulai was-was.
Cacar?
Flu
singapura?
Dua
jenis penyakit itu langsung terngiang di benakku. Tapi, aku belum berani
memastikan lebih jauh karena minimnya pengetahuan medis yang kuketahui. Kucoba
memberi Icam vitamin penambah daya tahan tubuh terlebih dahulu sebagai
pencegahan akan memburuknya stamina karena serangan virus. Setahuku, cacar
maupun flu disebabkan oleh virus yang menyerang pada orang, baik anak kecil maupun
orang dewasa, yang daya tahan tubuhnya sedang menurun.
Flu
singapura atau flu singapore. Hhmm, aku
tidak begitu paham akan penulisan yang benarnya. Pokoknya, asal sebut saja.
Teringat Fara, anak Pak Manshurin tetangga persis sebelah rumah, yang sempat dirawat
karena penyakit itu karena ada komplikasi diare. Juga beberapa anak di sekitar
komplek rumahku serta tayangan berita di televisi yang mengabarkan bahwa
penyakit flu singapura, atau istilah Indonesia-nya Penyakit Kaki Tangan Mulut (PKTM ) sedang mewabah di daerah
Jabodetabek, sempat was-was juga, ‘Jangan-jangan
Icam tertular penyakit yang sama..’
Ahh,
daripada bergulat dengan pertanyaan yang belum jelas, lebih baik lihat besok
saja. Hhmm... Kelihatannya belum begitu mendesak untuk diperiksakan.
***********
“Selamat pagi, Bu Lova.”
“Selamat pagi, Bu. Kenapa dengan
Wisam Ibrahim?” dr. Lova Marissa, Sp.A, dokter-nya Icam kalau berobat, menyambut
ramah kedatanganku dan, tentu saja, Icam.
Akhirnya.... Parkir juga aku di klinik dokter anak
pagi hari ini. Setelah semalaman tidak bisa tidur demi menemani Icam yang rewel
bukan kepalang dan bintik-bintik di tubuhnya semakin banyak dan membesar.
“Ma.. Garuk-garuk...!” rengek
Icam sambil menjulurkan kedua kakinya padaku. Benar, di telapak kakinya mulai
bermunculan bintik-bintik merah yang menurut artikel yang pernah kubaca,
kemunculannya disertai rasa gatal hebat yang sangat menyiksa. Apalagi seumuran
Icam yang baru tiga tahun.
“Bukan di situ, Ma... Yang
ini....” protes Icam jika garukan tanganku mengenai tempat yang salah.
“Remot ase, Ma... Pakai remot
ase...” pintanya lagi. Maksudnya, dia minta telapak kakinya digaruk pakai remote AC. Mungkin lebih berasa enakan
dibanding menggunakan tanganku setelah iseng kucoba menggaruk menggunakan ujung
remote.
“Kaki yang kiri, Ma...”
“Ma, bukan di situ...”
Gggrrrhhh... Sepanjang malam,
Icam benar-benar menguji kesabaranku. Mulut kecilnya terus meracau, mengeluhkan
bagian-bagian tubuhnya yang terasa gatal. Padahal kutahu, matanya sudah sangat
lelah dan mengantuk. Hampir saja aku mengungkapkan rasa jengkelku karena
diprotes terus kalau jemariku ‘mendarat’ di tempat yang salah atau kurang
berasa. Tapi, aku tidak boleh terbawa emosi. Harus kumaklumi bagaimana tidak
nyamannya tubuh si sulung. Tanganku bergantian antara menggaruk telapak kaki
dan mengelus-elus punggungnya yang mulai rata oleh bintik-bintik berair itu,
serta menaburkan bedak salisil yang memang selalu tersedia di kotak obat.
Jelang dini hari baru Icam bisa tidur. Mungkin karena lelah setelah
terus-menerus merengek semalaman dan matanya mengantuk.
***********
“Ini cacar ya, Ibu. Ada yang
terserang cacar di sekitar rumah Ibu?” ujar dr. Lova setelah memeriksa badan
Icam dengan seksama.
“Tapi,
di komplek saya lagi musim flu singapura, Dokter”.
“Saya curiganya anak Ibu
terserang flu singapura. Gejalanya memang hampir mirip. Tapi, bintik-bintik di
tubuh anak Ibu merata terutama di dada dan punggungnya. Kalau flu singapura,
hanya muncul di kaki, tangan, dan mulut. Saya beri obat anti gatalnya ya, Bu.
Juga anti virus dan salep yang dioleskan ke bintik-bintik yang nanti menghitam.
Untuk bintik-bintik yang masih baru, cukup taburkan bedak salisil saja.”
***********
|
Sumber gambar: internet |
Terjawab sudah, apa penyakit
yang diderita si sulung. Lega walau rasa curiga -bahwa Icam sebenarnya
terserang virus flu singapura- masih terpendam di hati, demi mengingat bahwa
jenis penyakit yang sedang mewabah di komplek perumahanku dan sekitarnya adalah
flu singapura. Dan bisa saja dokter salah diagnosis saking miripnya penampakan
antara flu singapura dan cacar. Hahaha.. Parno
sendiri jadinya. Mungkin ini efek dari membaca berita tentang dokter-dokter
yang sering salah diagnosis.
Ada-ada saja ya nama penyakit
flu zaman sekarang. Flu hongkong-lah, flu singapura-lah, flu jerman-lah. Belum
lagi nama flu yang diambil dari nama-nama hewan : flu burung, flu babi. Entah
apalagi nama flu yang akan datang. Mungkin flu irian, karena awalnya berasal
dari penyakit lokal. Ah.... Ada-ada saja. Padahal zaman orang tua kita dulu,
penyakit itu hanya seputaran flu biasa. Apakah teknologi semakin canggih dan
pola hidup lebih maju berbanding lurus dengan jenis-jenis penyakit yang semakin
canggih dan beragam juga? Bisa jadi.
Menurut petunjuk dari ‘Om Wiki’
dan membandingkan dengan hasil observasi sendiri terhadap Fara dan Icam, flu
singapura disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam Genus Enterovirus. Yang diserang, umumnya anak-anak balita (kadang
ada yang sampai umur 10 tahun, seperti
kasus yang terjadi di Depok). Gejalanya diawali dengan demam tidak tinggi 2-3
hari, diikuti sakit leher (pharingitis),
pilek, ruam di bagian mulut, tangan dan kaki. Gejala seperti flu pada umumnya. Kemudian
timbul bintik-bintik merah (vesikel)
di kaki, tangan, dan sekitar mulut yang kemudian pecah dan akan menghitam,
seperti cacar, tapi tidak menimbulkan rasa gatal di telapak tangan dan kaki.
Nafsu makan anak berkurang, bahkan tidak mau makan karena di mulut ada semacam
sariawan yang sangat nyeri apalagi saat menelan makanan. Anak bisa sampai
menangis walaupun hanya menelan air. Bila ada muntah, diare atau dehidrasi dan
lemah atau komplikasi lain maka penderita tersebut harus dirawat. Gejala-gejala
tersebut hampir semua terjadi pada Fara. Hhmm.. Berarti diagnosis dokternya
benar sesuai dengan gejala yang diderita.
Untuk cacar, masih menurut
petunjuk ‘Om Wiki’, penyakit ini disebabkan oleh (lagi-lagi) makhluk hidup yang
berjenis virus, tapi masuk kelas DNA, namanya virus Varicella-zoster. Gejala awal, penderita merasa sedikit demam,
pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah, gejala khas untuk infeksi virus.
Masa inkubasi sampai terkena penyakit bisa 2 sampai 3 pekan. Pada kasus yang
berat, cacar bisa diiringi nyeri sendi, sakit kepala, dan pusing. Wah, berarti
cacar yang diderita Icam termasuk kasus berat donk, karena pada awal-awal
sakit, Icam sering mengeluh, ‘Ma... Icam pusing banget,’ sambil memegang
kepalanya. Hehehe..
Setelah beberapa hari kemudian,
muncul bintik-bintik kemerahan seperti biang keringat pada anak-anak kecil
umumnya, yang ditemukan pertama kali di dada atau perut dan punggung untuk
kemudian merata sampai ke kaki, tangan, dan wajah. Untuk bintik yang muncul di
telapak tangan dan kaki akan menimbulkan rasa gatal yang hebat. Pantas kalau Icam tidak bisa tidur
semalaman. Bintik kemerahan itu akan berubah menjadi lenting berisi cairan
dan berdinding tipis. Seperti kalau kulit kita terinfeksi yang kemudian muncul
lenting bernanah (umumnya berwarna putih kehijauan) karena banyak sel darah
putih yang berperan sebagai bodyguard
tubuh manusia banyak yang ‘gugur’ oleh serangan mikroorganisme. (Kok jadi melenceng ke topik lain ya?)
Maksudku, untuk menunjukkan perbedaan lenting bernanah dengan lenting cacar.
Kalau cacar, lentingnya cenderung bening. Kalau pernah tahu luka bakar yang
melepuh, ya seperti itulah kira-kira bentuknya. Lenting itu jika dibiarkan,
lama kelamaan akan membentuk keropeng berwarna hitam yang jika sudah kering
akan mengelupas dengan sendirinya seperti bekas luka yang mengering dan
berbekas. Sebisa mungkin lenting itu tidak pecah oleh garukan kuku karena akan
menyebabkan proses pengeringan keropeng menjadi lama. Jika orang dewasa yang
diserang, bekas cacar akan lebih sulit menghilang.
Begitu kira-kira penjelasan yang
kuperoleh setelah mampir di ‘rumah Om Wiki’. Persamaan dari cacar dan flu
singapura adalah penyebarannya secara aerogen, yakni lewat perantara udara.
Jika sudah mewabah, kontak langsung maupun bersentuhan dengan benda-benda si
penderita atau menggunakannya secara berbarengan dapat menjadi media
penularannya. Kalau tidak mengalami sendiri, aku tidak akan pusing-pusing ber-browsing ria mencari petunjuk dan
penjelasan atas jenis penyakit yang sedang dihadapi.
“Icam punya adik? Karena sifat
cacar ini sangat menular, nanti dipisah dulu tidurnya ya, Bu! Jangan
menggunakan handuk bersamaan! Pada saat mulai berubah menjadi keropeng, saat
itulah masa-masa rentan penularannya. Kalau masih berbentuk lenting berair,
selama tidak pecah, itu belum menular”.
Masa-masa rentan penularan cacar
terjadi pada saat bintik-bintik cacar mulai mengering dan membentuk keropeng.
Wah, Dek Ganis harus dipisah dulu donk
tidurnya!
Pada intinya, penyakit flu
maupun cacar, istilah medisnya Varicella,
itu menyerang di saat daya tahan tubuh sedang menurun. Penting untuk waspada
ketika di lingkungan sekitar rumah ada penderita penyakit tersebut. Kita bisa
melakukan pencegahan dengan menjaga stamina tubuh, bisa dengan cara olahraga
rutin, mengkonsumsi makanan yang bergizi, boleh ditambah dengan suplemen
penambah daya tahan tubuh, dan yang terpenting menjaga kebersihan dan sanitasi
lingkungan di dalam rumah dan sekitarnya. Sebab media penyebaran virus bisa
melalui udara, debu, kotoran, sampah, maupun kontak langsung dengan penderita.
Ahh... Aku menulis seperti seolah-olah aku ini
ahli kesehatan. Padahal apa yang kutulis dan kuketahui ya dari membaca
artikel-artikel kesehatan, baik melalui buku maupun browsing di internet. Lebih banyak browsing sih, karena diriku bukan tipikal orang yang senang
mengoleksi buku-buku kesehatan. Aku yakin, para dumalanizer lebih mengerti soal menjaga dan meningkatkan stamina
dan kesehatan tubuh.
***********
“Lho, kenapa Dino gendongan sama
Bunda?” tanyaku saat akan berangkat kerja demi melihat Mbak Keke, tetangga
ujung rumah, pagi-pagi sudah menggendong anaknya yang terlihat rewel.
“Duh, San... Sepertinya, ‘orang Singapur’-nya lagi berkunjung ke
rumahku nih. Dari semalam, Dino rewel terus. Air ludahnya keluar melulu karena Dino sepertinya tidak mau
menelan apapun. Mulutnya banyak sariawannya. Sakit kali ya, buat menelan,”
keluh Mbak Keke.
Hhhmm... Satu korban jatuh lagi.
***********
Seperti
biasa, sambil sarapan sebelum memulai aktifitas di kantor, kusempatkan membaca
status teman-teman di Facebook, salah satu situs jejaring sosial terbesar yang
ada di dunia. Sekilas terbaca olehku, status Bu Monik, tetangga depan rumah.
‘Ijin tiga hari di rumah ternyata cukup menjemukan.’
‘Kenapa
tidak masuk kantor, Bu?’
‘Si
kakak sakit.’
‘Flu
singapura juga?’
‘Bukan,
Tante. Varicella niy. Doakan Kakak cepat sembuh ya...’
Walah, ternyata si varicella sudah ‘mampir’ ke rumah tetangga. Aku
jadi berusaha keras mengingat-ingat, apakah waktu kecil sudah pernah terkena
cacar atau belum? Tapi, jawabannya nihil. Aku tidak pernah bisa menemukan
jawabannya. Hatiku menjadi tidak tenang. Sebab, secara medis, kalau belum
pernah terkena cacar waktu masih anak-anak, risiko tertular pada saat dewasa
sangat mungkin terjadi. Aku hanya bisa berusaha melakukan pencegahan saja dan
berdoa, mudah-mudahan diriku selalu dalam kondisi prima dalam situasi yang
seperti ini.
***********
Hari ini tepat seminggu sejak
mengantar Icam berobat.
“Masya Alloh... Pa, coba lihat!
Dek Gendis
badannya banyak bintik-bintik seperti biang keringat. Ini ada satu yang sudah
melenting. Jangan-jangan......”
Ahhh.... Perseteruan ini
sepertinya belum akan berakhir.
#####
Penjelasan mengenai
detail penyakit flu singapura dan cacar saya kutip dari Wikipedia.
_mindahin tulisan ke arsip blog..._